media-masa.id - Damayanti, anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kota Samarinda, memberikan pendapatnya tentang rencana untuk menggunakan pakaian adat sebagai seragam sekolah. 

Menurutnya, meskipun rencana ini dianggap penting, pelaksanaannya sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk memastikan bahwa semua pihak siap dan menerimanya.

Ia mengatakan bahwa kemajuan teknologi saat ini telah mengganggu anak-anak terlalu banyak. Menurut Damayanti, anak-anak saat ini tampaknya lebih suka menjadi figur dari luar. 

Kenapa anak-anak lebih suka mengenakan kostum anime atau cosplay sebagai pahlawan asing daripada pahlawan nasional? Saat ditemui di ruangannya pada Rabu, 22 Mei 2024, Damayanti bertanya, "Kenapa tidak jadi Gatot Kaca atau Dewi Sri?"

Legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga menekankan betapa pentingnya menjaga budaya lokal dan mencegah anak-anak melupakan tradisi mereka untuk menghindari diakui orang lain.

Jika perspektif saya harus diterapkan, karena untuk mempertahankan kebudayaan kita juga. Menurutnya, penting bagi anak-anak untuk mempertahankan tradisi mereka sendiri.

Namun, ia menyadari kekhawatiran bahwa kebijakan ini dapat merugikan sebagian pihak. Karena itu, ia menyarankan agar pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. 

Jika dianggap mengganggu, ya, itu benar di satu sisi. Mungkin mungkin untuk diterapkan secara bertahap. Kita memahami apa yang harus diprioritaskan dan apa yang tidak. Menurutnya, kebijakan sekolah tidak perlu dibuat segera.

Ia mendukung ide penggunaan baju adat sebagai seragam sekolah, asalkan dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pendekatan yang bijak untuk memastikan bahwa itu berhasil dan diterima dengan baik oleh masyarakat.

Untuk mempertahankan budaya kita, perlahan-lahan memang diperlukan. Dia menyimpulkan, "Jangan sampai tradisi dan budaya kita diakui oleh orang lain sedangkan kita sendiri bangga dengan budaya orang lain."