TENGGARONG – Desa Kota Bangun III di Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), kini memiliki magnet wisata baru yang terus menarik perhatian ribuan wisatawan setiap tahunnya.
Adalah Danau Kumbara, sebuah danau buatan yang dulunya merupakan lahan eks tambang, kini disulap menjadi destinasi wisata unggulan berbasis komunitas.
Berdiri sejak tahun 2020, Danau Kumbara kini menjelma menjadi oase rekreasi bagi masyarakat lokal dan luar daerah.
Kawasan danau seluas kurang lebih 2 hektare itu dikelola secara swadaya oleh warga dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Mahardika, dengan berbagai atraksi dan fasilitas menarik seperti sepeda air, kolam renang, spot memberi makan ikan, gazebo santai, hingga wahana selfie berlatar pemandangan alam yang menyejukkan.
Kepala Desa Kota Bangun III, Lilik Hendrawanto
, menyampaikan bahwa meski dikelola secara sederhana, Danau Kumbara berhasil mencatat prestasi membanggakan dengan total kunjungan mencapai lebih dari 10 ribu wisatawan selama tahun 2024.
“Kalau secara rata-rata, kunjungan tiap bulan bisa sekitar 300 sampai 400 orang. Tapi saat ada event besar seperti malam tahun baru, Lebaran, atau konser mini akustik, jumlah pengunjung bisa melonjak drastis hingga 600–700 orang per hari,” kata Lilik, Kamis (27/3/2025).
Bahkan pada momen-momen spesial seperti libur panjang, kunjungan wisatawan bisa menembus angka 1.300 orang dalam satu bulan, menunjukkan antusiasme tinggi masyarakat untuk menikmati wisata lokal yang aman, nyaman, dan terjangkau.
Lilik menjelaskan bahwa keberhasilan Danau Kumbara tak lepas dari semangat gotong royong masyarakat sekitar dan keinginan kuat untuk menghadirkan destinasi ramah keluarga.
Selain memperindah area danau dengan taman dan wahana bermain, pihaknya juga aktif mengadakan event komunitas, seperti festival musik, lomba mancing, hingga bazar UMKM yang diikuti pelaku usaha lokal.
“Event-event seperti itu penting untuk menarik pengunjung sekaligus memberdayakan pelaku usaha kecil di sekitar sini. Ada yang jualan makanan, kerajinan, minuman herbal, jadi perputaran ekonominya hidup,” jelasnya.
Danau Kumbara tak hanya menjadi tempat wisata, tapi juga menjadi penggerak ekonomi dan sosial bagi warga. Banyak pemuda desa yang kini terlibat sebagai pemandu wisata, penjaga area, pengelola wahana, hingga pelaku usaha kuliner dan oleh-oleh khas.
Meski telah mencatatkan angka kunjungan yang membanggakan, Lilik mengakui masih banyak tantangan yang perlu dihadapi.
Infrastruktur pendukung seperti akses jalan yang belum sepenuhnya mulus, keterbatasan fasilitas umum seperti toilet dan musala, serta kebutuhan alat promosi digital masih menjadi PR besar yang ingin mereka benahi.
“Saat ini, kami mengandalkan media sosial sebagai alat promosi utama. Harapannya, dengan dukungan dari pemerintah desa dan dinas pariwisata, promosi bisa lebih luas dan Danau Kumbara semakin dikenal,” katanya.
Lilik juga berharap bahwa kehadiran Danau Kumbara bisa menjadi ikon wisata ramah keluarga di Kukar, serta inspirasi bagi desa-desa lain dalam mengelola potensi lokal secara berkelanjutan.
“Harapan kami, siapa pun yang datang ke sini bisa merasa senang, tenang, dan aman. Kami berusaha menciptakan suasana yang bersahabat dan menyenangkan. Karena buat kami, wisata bukan hanya soal pemandangan, tapi soal pengalaman dan perasaan,” pungkasnya. (adv)
