TENGGARONG – Langit baru mulai menjelang Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Wilayah yang selama ini identik dengan aktivitas pertambangan kini bersiap memulai babak baru sebagai pusat produksi pangan dan peternakan berkelanjutan.
Dengan langkah strategis, pemerintah kecamatan menggagas pemanfaatan lahan eks tambang untuk sektor pertanian dan peternakan, khususnya melalui program percontohan peternakan sapi yang akan digelar dalam waktu dekat.
“Kami ingin Sangasanga tidak hanya dikenal sebagai kawasan tambang, tetapi juga sebagai lumbung pangan yang memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat,” ujar Camat Sangasanga, Dachriansyah, Sabtu (10/5/2025).
Salah satu perusahaan tambang di wilayah ini juga telah menyatakan komitmennya menghibahkan sebagian lahannya untuk mendukung inisiatif tersebut.
“Peternakan sapi dipilih karena potensinya besar dan dapat segera diimplementasikan di lahan bekas tambang. Kami sudah meninjau langsung bersama pihak perusahaan,” jelasnya.
Kabar ini disambut baik oleh para peternak lokal, salah satunya Hasanuddin (50), peternak sapi di Kelurahan Sangasanga Dalam, yang telah lebih dari 15 tahun menggantungkan hidupnya dari beternak sapi skala rumahan.
“Saya senang dan antusias. Lahan kami terbatas, jadi kalau ada lahan eks tambang yang bisa dipakai dan difasilitasi pemerintah, itu sangat membantu. Apalagi kalau disertai pelatihan dan bibit sapi unggul,” ujarnya.
Hasanuddin berharap peternak lokal benar-benar dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan dan diberi ruang untuk berkembang.
“Kalau peternak kecil dilibatkan sejak awal, hasilnya pasti lebih bagus. Bukan hanya sapi yang tumbuh, tapi masyarakat juga ikut sejahtera,” tambahnya.
Nurlela (39), peternak sekaligus anggota kelompok wanita tani (KWT) di Sangasanga Muara, juga menyambut positif program tersebut.
Menurutnya, pengembangan peternakan sapi akan membuka peluang usaha baru, terutama bagi ibu rumah tangga yang selama ini mengandalkan ekonomi keluarga dari hasil kecil-kecilan.
“Kami para ibu-ibu siap dilibatkan. Kalau nanti ada pelatihan soal pengolahan limbah sapi jadi pupuk atau pakan fermentasi, itu bisa jadi tambahan ilmu dan penghasilan buat kami,” tuturnya.
Menurut Camat Dachriansyah, program ini merupakan bagian dari visi besar Kabupaten Kukar untuk mendorong pembangunan berkelanjutan berbasis masyarakat.
Peternakan sapi dipilih karena tidak hanya menghasilkan daging, tetapi juga memberikan kontribusi ekologis melalui produksi pupuk organik.
“Kami berkomitmen melibatkan masyarakat dalam setiap tahap program ini, mulai dari pelatihan, pembentukan kelompok usaha, hingga operasionalnya. Ini adalah investasi jangka panjang,” tegasnya.
Selain peternakan, potensi pertanian tanaman pangan dan hortikultura di atas lahan eks tambang juga tengah dikaji untuk dikembangkan dalam satu sistem pertanian terpadu.
Pemerintah juga menggandeng OPD teknis, seperti Dinas Peternakan dan Dinas Pertanian Kukar, untuk memastikan aspek teknis dan pendampingan berjalan optimal.
Tak hanya mendukung ketahanan pangan, program ini juga bertujuan merehabilitasi ekosistem yang terdampak aktivitas tambang jangka panjang.
“Ini bukan proyek satu-dua tahun. Tapi rencana besar untuk menyelamatkan lingkungan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat,” ujar Dachriansyah.
Jika program ini berhasil, Sangasanga akan menjadi contoh nyata bagaimana lahan eks tambang dapat dikonversi menjadi aset produktif dan ramah lingkungan.
Dengan dukungan penuh dari masyarakat, peternak lokal, perusahaan, dan pemerintah, Sangasanga bersiap mengubah wajahnya: dari kawasan tambang menjadi pusat harapan baru di sektor ketahanan pangan Kukar. (adv)