Banner

Foto : Senin (7/8/2025), Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah meresmikan ruang publik yang sudah lama didambakan masyarakat Kota Bangun. (Ist)

Advertorial Diskominfo Kukar / 07 April 2025 / 26 views

Tenggarong – Sore belum benar-benar gelap ketika aroma kopi dan suara gitar akustik mulai mengisi udara di Pelataran Kota Bangun Ulu. 

Sekelompok anak muda berkumpul, bercengkerama sambil menyantap jagung bakar di salah satu angkringan yang baru saja buka. 

Bukan hanya sekadar tempat nongkrong, Teras Kota Bangun kini jadi simbol semangat baru warga zona ulu Kutai Kartanegara.

Senin (7/8/2025), Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah meresmikan ruang publik yang sudah lama didambakan masyarakat ini. 

Di balik senyumnya yang tenang, tersimpan kisah panjang tentang perjuangan mewujudkan pelataran ini—ide yang sempat terpendam, kini menjadi nyata berkat kolaborasi berbagai pihak dan komitmen pemerintah daerah.

“Alhamdulillah, apa yang dulu hanya jadi bahan diskusi di tingkat kabupaten, hari ini bisa kita saksikan bersama. Teras ini bukan sekadar bangunan, tapi ruang harapan,” ucap Edi dalam sambutannya.

Pelataran Kota Bangun dirancang bukan hanya sebagai fasilitas publik biasa. Ia ditata untuk menjadi tempat hidup komunitas—baik anak muda, pelaku seni, UMKM, hingga para orang tua yang sekadar ingin menikmati udara sore. 

Di situlah esensi human interest dari pembangunan ini: ruang publik sebagai sarana membangun hubungan sosial yang lebih erat.

“Sudah ada pelaku usaha yang mulai beraktivitas. Sudah ada pemasukan bagi kas desa dari pengelolaan melalui BumDes. Tapi yang terpenting, ada kehidupan baru yang tumbuh di sini,” jelas Edi.

Kota Bangun Ulu bukan hanya wilayah transit menuju pedalaman. Dengan perkembangan sektor perkebunan, jasa, dan perdagangan, daerah ini jadi denyut baru ekonomi Kukar. 

Teras Kota Bangun diharapkan menjadi katalis: pusat aktivitas yang membuka peluang bagi UMKM naik kelas.

“Kita punya banyak komunitas kreatif dan pelaku seni di desa-desa. Mereka perlu ruang, perlu difasilitasi. Teras ini adalah panggung mereka,” lanjut Bupati.

Edi menegaskan bahwa keberadaan teras ini harus diikuti dengan pengelolaan yang konsisten. Tak cukup hanya membangun—yang lebih penting adalah merawat dan menghidupkan.

Malam pun turun perlahan, lampu-lampu kecil di sepanjang pelataran menyala satu per satu. Di ujung teras, anak-anak muda menampilkan tari tradisional diiringi tabuhan musik etnik. Beberapa pengunjung terlihat merekam dan mengunggah ke media sosial.

“Kalau hanya jadi tempat duduk malam hari, ini belum cukup. Teras ini harus produktif. Harus menjadi ruang pertunjukan seni, ruang dialog warga, ruang bertumbuh bagi UMKM dan komunitas,” kata Edi.

Ia juga berpesan agar masyarakat menjaga kebersihan dan fasilitas umum yang tersedia. “Jangan biarkan rumput liar tumbuh. Rawat keindahannya. Tanam bunga, tanam harapan,” ucapnya puitis.

Di tengah tantangan pembangunan daerah hulu, kehadiran Pelataran Kota Bangun menjadi bukti bahwa pembangunan bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi juga tentang rasa, ruang, dan relasi sosial. Teras ini adalah ruang di mana warga merasa dimiliki, dilibatkan, dan diberdayakan.

“Ini baru awal,” ujar Nining, warga setempat yang mengelola angkringan di pelataran. “Semoga teras ini terus hidup, terus ramai. Karena bukan hanya tempat jualan, tapi tempat kami merasa punya tempat di kota kami sendiri.”

Teras Kota Bangun bukan sekadar proyek pembangunan. Ia adalah kisah tentang ruang yang menghidupkan, tempat bertemunya masa lalu, kini, dan masa depan dalam satu pelataran harapan. (adv)


Logo

Jalan Gunung Satu No. 18 RT.05 Margo Balikpapan Barat Kota Balikpapan Kalimantan Timur

Telepon: 085396694449/081289219189 (admin)

Email: arahmediaindonesia@gmail.com

2025 © Media-Masa.ID. All Rights Reserved. Developed by PT. Master Digital Solutions