TENGGARONG – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur mengambil langkah besar menuju masa depan pendidikan yang lebih adil.
Pemerintah Kabupaten Kukar secara resmi mengusulkan tiga lokasi untuk pendirian Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan inklusif yang digagas Presiden Prabowo Subianto dalam Kabinet Merah Putih sebagai jawaban atas persoalan kemiskinan ekstrem dan keterbatasan akses pendidikan.
Dua titik berada di Desa Jonggon, Kecamatan Loa Kulu, dan satu lagi di Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak—daerah-daerah yang sunyi dari sorotan, namun menyimpan harapan ribuan anak untuk bisa belajar tanpa harus berpikir tentang biaya.
“Ini bukan sekadar sekolah. Ini adalah rumah baru bagi anak-anak yang selama ini hidup di antara keterbatasan. Tempat mereka tak hanya belajar, tapi juga dibimbing untuk tumbuh dengan karakter, kepercayaan diri, dan mimpi yang tak lagi mustahil,” ujar Sekretaris Daerah Kukar, Sunggono, Selasa (22/4/2025).
Proposal Kukar telah melalui proses verifikasi ketat dari lintas kementerian: Kemensos, Kemendikbud, Kemendagri, PUPR, ATR/BPN, dan Kemenag.
Dan hasilnya: lampu hijau diberikan. Dukungan penuh untuk perizinan, lahan, guru, hingga infrastruktur disiapkan sebagai bentuk komitmen negara terhadap misi pendidikan berkeadilan.
Sunggono menegaskan bahwa Kukar tak hanya siap di atas kertas. “Kami siapkan lahannya. Kami sediakan datanya berbasis DTSEN. Kami siap bergerak. Karena kami tahu, anak-anak ini tak bisa menunggu lebih lama lagi,” tegasnya.
Sekolah Rakyat bukan sembarang sekolah. Ia dirancang sebagai tempat tinggal, tempat belajar, tempat mendidik jiwa—di mana anak-anak dari keluarga miskin mendapat kesempatan yang setara untuk menembus batas nasib.
Setiap calon siswa akan diseleksi melalui sistem berbasis Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), memastikan hanya mereka yang benar-benar membutuhkan yang akan menjadi bagian dari generasi perubahan ini.
Dengan dukungan penuh dari APBN 2025, program Sekolah Rakyat menjadi bagian dari lompatan besar menuju visi Indonesia Emas 2045. Kukar, bersama beberapa daerah lain, bergerak cepat agar tak menjadi penonton di tengah pergeseran sejarah.
“Ini bukan hanya soal bangunan. Ini soal mimpi anak-anak dari rumah kayu, dari jalan-jalan berlumpur, yang kini berhak punya masa depan cerah. Kukar siap menjadi ladang tumbuhnya mimpi itu,” pungkas Sunggono dengan penuh harap. (adv)