Samarinda - Kondisi kesehatan ibu dan anak di Kalimantan Timur hingga Oktober 2024 masih menjadi tantangan besar. 

Berdasarkan data terbaru, tercatat 57 kasus kematian ibu, 394 kematian neonatal, 464 kematian bayi, dan 699 kematianperinatal. 

Angka-angka ini menunjukkan perjuangan provinsi ini dalammelindungi kesehatan ibu dan anak masih menghadapihambatan yang serius.

Salah satu strategi yang digencarkan adalah pelaksanaanAudit Maternal Perinatal Surveillance and Response (AMPSR), yang bertujuan untuk menganalisis penyebabkematian ibu dan perinatal secara mendalam sertamerekomendasikan langkah perbaikan. 

Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, mengungkapkan bahwa pelaksanaan AMPSR di lapangan belum optimal. 

“Ironisnya, rekomendasi dari pengkajian yang ada seringkalitidak diterjemahkan dengan baik ke dalam rencana perbaikanpelayanan kesehatan,” ujar Jaya.

Beberapa kabupaten/kota bahkan tidak melaksanakanAMPSR sama sekali, sementara pengkajian yang dilakukancenderung hanya fokus pada kematian ibu. 

Kematian perinatal, yang meliputi kematian bayi sebelum atausesaat setelah lahir, sering kali terabaikan. 

Hal ini menjadi kendala besar dalam memahami akarpermasalahan dan merancang langkah strategis untukmenekan angka kematian tersebut.

Dinas Kesehatan Kaltim berkomitmen untuk memperbaikisistem pelaksanaan AMPSR, termasuk dengan memberikanpelatihan kepada tenaga kesehatan di seluruh kabupaten/kotaagar mampu mengimplementasikan audit ini secaramenyeluruh. 

Selain itu, peningkatan koordinasi lintas sektor dan pengawasan yang lebih ketat juga ditekankan agar rekomendasi dari audit tidak hanya menjadi dokumen, tetapiditerapkan dalam rencana perbaikan layanan kesehatan.

Melalui langkah-langkah ini, diharapkan Kalimantan Timur mampu menekan angka kematian ibu dan anak secarasignifikan, mendukung pencapaian target pembangunankesehatan yang berkelanjutan.